Tuesday, November 2, 2010

Ditawar Rp100 Juta, Mukena Istri Ponimin Tak Akan Dijual

foto
Ponimin (kiri), Calon Pengganti Mbah Maridjan Sebagai Juru Kunci Gunung Merapi (Photo: Heru CN / TEMPO)

TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Kisah mukena yang menyelamatkan nyawa Ponimin dan anak-isterinya dari amukan awan panas Merapi membuat sejumlah orang penasaran untuk membelinya. Sepasang turis asal Prancis bahkan mendatangi rumah pengungsian Ponimin untuk membeli mukena itu seharga Rp 100 juta.

“Kula mboten demi dhuwit (saya tidak mengejar uang). Dibeli satu miliar (rupiah) pun tidak akan saya berikan,” tegas Yati, 42 tahun, saat dihubungi Tempo, Minggu (31/10) sore.

Menurut Yati, sepasang warga Prancis itu mendatangi tempat pengungsiannya di rumah dokter Anna Ratih Wardhani di Dusun Ngenthak, Kelurahan Umbulmartani, Kecamatan Ngemplak, Sleman, Kamis (28/10) sore. Warga Prancis yang tidak bisa berbahasa Indonesia itu datang didampingi pemandunya.


Melalui pemandu inilah kedua warga Prancis itu berminat membeli mukena milik Yati sebesar Rp 100 juta. “Langsung saya tolak. Walaupun saya ini orang tidak berpunya, saya tidak mikir duwit. Saya lebih memikirkan akherat, rumah masa depan saya,” kata Yati.


Yati menegaskan, sampai kapanpun mukena itu tidak akan dijual. Ia bahkan rela memberikan mukena itu secara gratis kepada orang yang dinilainya punya iman teguh. “Kami bisa selamat (dari terjangan awan panas Merapi) bukan karena mukena, melainkan karena izin Allah,” tegasnya.


Selain dua orang warga Prancis, seseorang yang mengaku dari Jakarta juga pernah menawar mukena milik Yati itu dengan harga Rp 40 juta. Tawaran itu juga langsung ia tolak.


Mukena putih yang warnanya mulai pudar itu, menurut Yati, adalah pemberian suaminya sekitar tujuh tahun lalu. Mukena itu pula yang selalu ia pakai ketika naik haji, termasuk ketika naik haji yang ketiga kalinya tahun 2008. “Mukena itu selalu saya pakai, meski warnanya yang lethek (kusam) karena tak dicuci. Saya sampai diejek teman-teman di tanah suci karena saya selalu memakai mukena yang jelek,” kata Yati.

Keluarga Ponimin adalah salah satu keluarga di Kinahrejo, Cangkringan, Umbulharjo, Sleman yang selamat dari awan panas Merapi. Menurut Ponimin, dia dan keluarganya selamat dari awan panas Merapi  karena berlindung berlindung di balik rukuh (mukena) isterinya.

No comments:

Post a Comment