Proses tumbuh kembang adalah proses individual dan bukan merupakan suatu “lomba balap”, dimana siapa yang cepat merupakan yang terbaik dan tersuper.
Hal yang perlu diingat adalah kita tidak bisa menciptakan, mempercepat maupun mengabaikan tahapan kesiapan anak di dalam proses tumbuh kembang. Kesiapan dan percepatan tumbuh kembang anak merupakan suatu keunikan individu..
Pada zaman dimana arus teknologi dan komunikasi berkembang pesat dan maju, orangtua dihadapkan pada beragam jenis informasi serta beragam metode komersial maupun non komersial yang menawarkan program-program untuk membantu proses tumbuh kembang anak. Permasalahannya adalah apakah semua informasi dan metoda maupun kurikulum pendidikan yang beragam dan banyak ditawarkan tersebut cocok untuk si anak? Bagaimana kita dapat memilah-milih yang terbaik dan sesuai untuk kondisi anak kita? Acuan apa yang sebaiknya digunakan untuk dapat membandingkan pertumbuhan anak? Bagaimana kita menyikapi trend pendidikan yang ada? Bagaimana memilih pendidikan yang cocok serta dapat membantu proses tumbuh kembang anak dengan baik dan maksimal?
..arus deras informasi dan berbagai tawaran metoda dan program pendidikan dari luar yang bermunculan menjadi saling tumpang tindih dan rancu pelaksanaanya. Belum lagi adanya faktor “azas manfaat” sejalan dengan trend perubahan dan menggunakan “keawaman” masyarakat sebagai komoditi bisnis pendidikan yang sangat subur.
Arus perubahan di Indonesia hampir selalu dipengaruhi dan mengikuti trend perubahan di negara-negara dimana Indonesia berkiblat seperti USA. Contohnya adalah trend pendidikan inklusif dan pendidikan anak usia dini yang marak dan hangat topiknya akhir-akhir ini.... Di USA sendiri perubahan sistem pendidikan terkait erat dengan arah perubahan politik.
.. bagaimana kita menyikapi dan secara proaktif mengendalikan arus informasi yang dikemas secara masif dan ekstrapersuasif tersebut agar tidak malah menjadi bumerang pembingungan dalam pengambilan keputusan bagi anak-anak? Bagaimana kita bisa memberikan bantuan dan pelayanan pendidikan yang sesuai bagi anak-anak?
Publikasi yang lebih banyak dilatar belakangi kegiatan komersial, justru nampak lebih menawan--para orang tua melaporkan seolah-olah dikejar-kejar--memberikan harapan dan angan angan kebahagiaan mempunyai anak cerdas, berbakat, dan berprestasi pada orangtua.
Publikasi tentang stimulasi dini dan perkembangan otak anak dalam talkshow di televisi, radio, seminar, maupun di media cetak serta online, menjadi laku keras.... Semuanya sarat dengan pesan, jika usia emas (golden age periode) dilampaui secara sia-sia, akan terlambatlah kita menjadikan anak kita sebagai anak yang mempunyai otak prima...Disinilah kita dituntut agar lebih kritis dan lebih mampu menyaring informasi yang tidak merugikan baik secara material maupun kerugian psikis pada anak. Karena intervensi yang kita berikan dapat saja menjadi bentuk penganiyayan fisik dan psikis pada anak.
Teori perkembangan dan pembelajaran yang masih kontradiktif—seperti teori Multiple Intelegence (MI) milik Howard gardner—juga banyak dijadikan landasan pegangan sekolah-sekolah maupun panduan tumbuh kembang anak di Indonesia. Padahal para akademisi pendidikan di dunia internasional telah menyatakan bahwa, teori MI ini masih belum bisa dibuktikan pengukuran dan pembuktian empirisnya (pseudoscience). Yang dijelaskan oleh Gardner hanyalah ke-8 intelligence (keping-keping intelektual) miliknya tersebut. Sejauh ini belum ada sistimatika dan acuan aplikasi teori MI. Begitu pula dengan alat pengukur keping-keping intelektual yang dijabarkan dalam MI. Parameter pengukur kemajuan kepingan intelektual tersebut dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan anak secara menyeluruh serta dampaknya terhadap intelektual-intelektual lainnya pun belum ada.
Apakah memang MI ini benar dapat memberikan manfaat? Project Zero, proyek penelitian milik kelompok Gardner sudah belasan tahun tidak pernah menghasilkan bukti empiris. Bukti-bukti yang diberikan Gardner hanyalah berbagai testimoni dari para guru kelas. Akibatnya yang terjadi di lapangan adalah trial and eror, terserah kepada praktisi lapangan bagaimana menginterpretasi MI. Bahayanya, selain hanya membuang-buang waktu, kita juga tidak tahu lagi kapan harus berhenti menstimulasi. Padahal hal ini bisa jadi malah menimbulkan abusing terhadap anak.
Apa yang terpenting untuk mengembangkan kreativitas anak? Yang terpenting adalah memberikan ruang luas dan rasa aman dalam kehidupannya sehingga ia mampu meletakan kepercayaan kepada lingkungan agar ia berani melakukan eksplorasi seluas-luasnya ke daerah-daerah yang tidak atau belum ia kenal..
Hal yang perlu diingat adalah kita tidak bisa menciptakan, mempercepat maupun mengabaikan tahapan kesiapan anak di dalam proses tumbuh kembang. Kesiapan dan percepatan tumbuh kembang anak merupakan suatu keunikan individu..
Pada zaman dimana arus teknologi dan komunikasi berkembang pesat dan maju, orangtua dihadapkan pada beragam jenis informasi serta beragam metode komersial maupun non komersial yang menawarkan program-program untuk membantu proses tumbuh kembang anak. Permasalahannya adalah apakah semua informasi dan metoda maupun kurikulum pendidikan yang beragam dan banyak ditawarkan tersebut cocok untuk si anak? Bagaimana kita dapat memilah-milih yang terbaik dan sesuai untuk kondisi anak kita? Acuan apa yang sebaiknya digunakan untuk dapat membandingkan pertumbuhan anak? Bagaimana kita menyikapi trend pendidikan yang ada? Bagaimana memilih pendidikan yang cocok serta dapat membantu proses tumbuh kembang anak dengan baik dan maksimal?
..arus deras informasi dan berbagai tawaran metoda dan program pendidikan dari luar yang bermunculan menjadi saling tumpang tindih dan rancu pelaksanaanya. Belum lagi adanya faktor “azas manfaat” sejalan dengan trend perubahan dan menggunakan “keawaman” masyarakat sebagai komoditi bisnis pendidikan yang sangat subur.
Arus perubahan di Indonesia hampir selalu dipengaruhi dan mengikuti trend perubahan di negara-negara dimana Indonesia berkiblat seperti USA. Contohnya adalah trend pendidikan inklusif dan pendidikan anak usia dini yang marak dan hangat topiknya akhir-akhir ini.... Di USA sendiri perubahan sistem pendidikan terkait erat dengan arah perubahan politik.
.. bagaimana kita menyikapi dan secara proaktif mengendalikan arus informasi yang dikemas secara masif dan ekstrapersuasif tersebut agar tidak malah menjadi bumerang pembingungan dalam pengambilan keputusan bagi anak-anak? Bagaimana kita bisa memberikan bantuan dan pelayanan pendidikan yang sesuai bagi anak-anak?
Publikasi yang lebih banyak dilatar belakangi kegiatan komersial, justru nampak lebih menawan--para orang tua melaporkan seolah-olah dikejar-kejar--memberikan harapan dan angan angan kebahagiaan mempunyai anak cerdas, berbakat, dan berprestasi pada orangtua.
Publikasi tentang stimulasi dini dan perkembangan otak anak dalam talkshow di televisi, radio, seminar, maupun di media cetak serta online, menjadi laku keras.... Semuanya sarat dengan pesan, jika usia emas (golden age periode) dilampaui secara sia-sia, akan terlambatlah kita menjadikan anak kita sebagai anak yang mempunyai otak prima...Disinilah kita dituntut agar lebih kritis dan lebih mampu menyaring informasi yang tidak merugikan baik secara material maupun kerugian psikis pada anak. Karena intervensi yang kita berikan dapat saja menjadi bentuk penganiyayan fisik dan psikis pada anak.
Teori perkembangan dan pembelajaran yang masih kontradiktif—seperti teori Multiple Intelegence (MI) milik Howard gardner—juga banyak dijadikan landasan pegangan sekolah-sekolah maupun panduan tumbuh kembang anak di Indonesia. Padahal para akademisi pendidikan di dunia internasional telah menyatakan bahwa, teori MI ini masih belum bisa dibuktikan pengukuran dan pembuktian empirisnya (pseudoscience). Yang dijelaskan oleh Gardner hanyalah ke-8 intelligence (keping-keping intelektual) miliknya tersebut. Sejauh ini belum ada sistimatika dan acuan aplikasi teori MI. Begitu pula dengan alat pengukur keping-keping intelektual yang dijabarkan dalam MI. Parameter pengukur kemajuan kepingan intelektual tersebut dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan anak secara menyeluruh serta dampaknya terhadap intelektual-intelektual lainnya pun belum ada.
Apakah memang MI ini benar dapat memberikan manfaat? Project Zero, proyek penelitian milik kelompok Gardner sudah belasan tahun tidak pernah menghasilkan bukti empiris. Bukti-bukti yang diberikan Gardner hanyalah berbagai testimoni dari para guru kelas. Akibatnya yang terjadi di lapangan adalah trial and eror, terserah kepada praktisi lapangan bagaimana menginterpretasi MI. Bahayanya, selain hanya membuang-buang waktu, kita juga tidak tahu lagi kapan harus berhenti menstimulasi. Padahal hal ini bisa jadi malah menimbulkan abusing terhadap anak.
Apa yang terpenting untuk mengembangkan kreativitas anak? Yang terpenting adalah memberikan ruang luas dan rasa aman dalam kehidupannya sehingga ia mampu meletakan kepercayaan kepada lingkungan agar ia berani melakukan eksplorasi seluas-luasnya ke daerah-daerah yang tidak atau belum ia kenal..
No comments:
Post a Comment