Awan Panas Merapi (Daylife)
SLEMAN- Berkat mukena yang dikenakan istrinya, keluarga Ponimin selamat dari amukan wedhus gembel atau awan panas yang disemburkan Gunung Merapi. Kini, mukena yang dianggap keramat itu sudah ditawar beberapa orang, baik dalam negeri maupun luar negeri. Tak tanggung-tanggung, seorang warga Perancis menawar mukena tersebut Rp100 juta.
"Ada beberapa orang yang sudah menelepon, banyak juga beberapa orang luar negeri ingin bertemu langsung karena melihat ada keluarga yang selamat dari material panas letusan Gunung Merapi," ujar Istri Ponimin, Hj Yati, di tempat tinggal sementaranya di Ngentak, Unggu Martani, Ngempak, Sleman, Yogyakarta, Minggu (31/10/2010).
Yati mengatakan tidak hanya tawaran Rp100 juta saja, mukenanya juga pernah ditawar Rp40 juta oleh warga Jakarta. Namun, Yati bertekad untuk tidak akan menjual mukenanya kepada siapapun. "Ini merupakan kekuasaan Allah," imbuhnya.
Sebelum awan panas alias wedhus gembel menerjang desanya, Hj Yati, sempat mengalami peristiwa aneh. Yakni, didatangi seorang kakek tua berpakaian khas Jawa yang mengingatkannya untuk segera mengungsi.
Saat ditemui okezone, di rumahnya Jumat 29 Oktober Hj Yati menceritakan peristiwa gaib tersebut yang diyakini menyelamatkannya dari kobaran awan panas. Ketika itu sekira pukul 17.50 WIB, dirinya akan melaksanakan salat Magrib yang bersamaan dengan berbunyinya sirine tanda pemberitahuan jika Merapi meletus.
"Saya mengambil mukena, dan salat magrib dengan tidak seperti biasa. Setelah salam langsung mengambil Alquran. Keluar dan mengaji di tengah jalan beraspal. Mengaji surat Alkahfi," tuturnya.
Baru setengah membaca surat tersebut, tiba-tiba dia berhenti karena di depan melihat ada seorang lelaki tua. "Dia memakai jarik bergambar wayang. Di belakang dia ada api merah sekali berbentuk segi empat," ungkap Hj Yati.
Lelaki tua itu lalu berkata dengan bahasa Jawa, "Kuwe nyingkiro, ngalio, aku arep ngenterke Kraton Ngayogyokarto
Hj Yati langsung menyela ucapan pria tua tak dikenal itu dengan mengatakan, "Ojo (jangan)" seraya membaca doa nurbuat. Menurut dia, orang tua itu bicara lagi, "Ratumu ono opo opone konbelo koyo ngene (Ratumu enggak ada apa-apanya kok dibela)."
Lantas Hj Yati menjawab lagi,"Ojo (jangan)". Bapak tua kembali menyahutnya, "Neng ngono aku ngobrak obrik keneOjo (jangan)".
Lebih lanjut dia mengutarakan setelah mengatakan akan menghancurkan Kraton Yogyakarta, lelaki tua tersebut seketika menghilang dari pandangannya. Namun api yang berada di belakang laki-laki tua tadi justru mengejar dirinya. "Api itu mengejar saya. Saya langsung ke rumah dan menarik anak-anak," tuturnya.
Kelima anaknya kemudian dimasukan ke dalam mukena yang masih dikenakannya. Namun api yang dilihatnya itu terus mengejar hingga ke depan rumah. Sementara itu, suaminya, Ponimin, belum pulang ke rumah karena tengah mencari dadap serep dan daun awar-awar. Hal yang sama, kata Hj Yati, suaminya juga dikejar api.
Mereka akhirnya bertemu di depan rumah, kemudian bersama-sama lari dan masuk masuk ke kamar. Sehingga, dalam kamar tersebut ada tujuh orang, yakni Hj Yati, Ponimin, dan kelima anaknya yang kesemuanya berlindung dalam satu mukena.
Hj Yati juga menceritakan ketika mereka berlindung dalam mukena, Ponimin sempat melihat ponsel dan diketahui sudah ada 135 panggilan. "Saat itu bapak mengambil HP untuk meminta bantuan," imbuhnya. Sayangnya, petugas yang dihubungi tidak ada yang bersedia mengevakuasi lantaran semuanya telah mengungsi setelah ada peringatan Merapi akan meletus.
Saat itu, kata Hj Yati, hanya bisa pasrah dan memohon doa pada yang kuasa untuk diberi keselamatan dari luncuran wedhus gembel. Berkat belindung dalam mukena, Hj Yati, Ponimin dan kelima anaknya selamat. Ponimin hanya luka bakar di bagian telapak kaki. (bul)
(ded) (Kamu minggir, pindahlah, aku akan menghancurkan Kraton Yogyakarta)." (Kalau begitu aku akan merusak di sini aja)." Mendengar perkataan itu, Hj Yati tetap berkata, "
Bagi Pengguna Ponsel, BlackBerry Nikmati Berita Terkini Di http://m.okezone.com
No comments:
Post a Comment